Minggu, 27 Februari 2011

nikmatnya ukhuwah dan silaturahmi

Bismillahirrahmanirrahim..
Assalamualaikum wr wb....

     Mungkin kali ini saya hanya ingin sedikit bercerita tentang pengalaman liburan saya ketika di Depok, sudah kurang lebih 30 hari saya berada di kota tercinta ini, kota yang dimana saya mendapatkan pengalaman yg begitu banyak, dan saya sangat bersyukur kepada Allah SWT karena sudah dititipkan disini, kota yang dimana telah mempertemukan saya dengan tarbiyah, yang alhamdulillah dengan tarbiyah saya dipertemukan oleh orang-orang yang sangat hebat disini, subhanallah hanya itu yang bisa saya ucapkan. Begitu banyak pengalaman dan ilmu yang saya dapat disini, begitu juga ukhuwah yang saya fikir tidak semua orang merasakan nikmat Allah yang satu ini.
Dan hari ini hari terakhir saya di Depok, alhamdulillah masih diberikan oleh Allah waktu untuk berkunjung ke suatu tempat yang paling oke di Depok (pasti udah tau semua lah, bahkan sampe banyak yg bilang kalau kurang kerjaanlah, cuma grecokin doank lah.trus ada yg nyuruh-nuyurh bayar parkir gitu -.-, ya tapi gapapa lah,cuma becandaan palingan, ya daripada keluyuran gk jelas mendingan ngetem aja di markas) hahahha. Dari sini saya mulai sadar bahwa nikmat ukhuwah merupakan nikmat terindah yang Allah berikan ke saya dan saya yakin bahwa teman-teman semua baik yang halaqoh ataupun tidak, pasti sepakat dengan statement saya ini. Nikmat yang saya pikir tidak semua orang bisa merasakannya karena mungkin mereka terlalu terlena terhadap ambisi-ambisi mereka yang terkadang membuat mereka lupa akan sebuah sunnah rasul yang bernama silaturahmi.

          Silaturahmi merupakan ibadah yang sangat agung, mudah dan membawa berkah. Kaum muslimin hendaknya tidak melalaikan dan melupakannya. Sehingga perlu meluangkan waktu untuk melaksanakan amal shalih ini. Demikian banyak dan mudahnya alat transportasi dan komunikasi, seharusnya menambah semangat kaum muslimin bersilaturahmi. Bukankah silaturahmi merupakan satu kebutuhan yang dituntut fitrah manusia? Karena dapat menyempurnakan rasa cinta dan interaksi sosial antar umat manusia. Silaturahmi juga merupakan dalil dan tanda kedermawanan serta ketinggian akhlak seseorang.
Silaturahim termasuk akhlak yang mulia. Dianjurkan dan diseru oleh Islam. Diperingatkan untuk tidak memutuskannya. Allah Ta’ala telah menyeru hambanya berkaitan dengan menyambung tali silaturahmi dalam sembilan belas ayat di kitab-Nya yang mulia. Allah Ta’ala memperingatkan orang yang memutuskannya dengan laknat dan adzab, diantara firmanNya,


فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَن تُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ
Artinya: “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan ? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikanNya telinga mereka, dan dibutakanNya penglihatan mereka.” (QS Muhammad 47:22-23).


وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Artinya: “Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) namaNya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS An Nisaa’ 4:1).


Juga sabda Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam ,
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Artinya: “Barangsiapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), maka hendaklah ia menyambung (tali) silaturahim.”

Akhir kata alangkah sangat meruginya jika seseorang itu jarang sekali bersilaturami, karena seperti kita ketahui manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Semoga tulisan ini bisa membuat kita untuk selalu mempererat tali ukhuwah kita..

Sekian...
Alhamdulillah

28-02-2011
Muhammad Adib Ramadhani
Wassalamualaikum wr wb





Minggu, 13 Februari 2011

Nggak usah ribet deh, cukup jadi Ali bin Abi Thalib ajaaaa

Bismillahirrahmanirrahim...
Assalamualaikum wr wb

oke pada kesemapatan kali ini saya ingin sedikit share tentang sebuah kisah yang saya rasa teman-teman semua sudah cukup banyak yg mengetahuinya, sebuah kisah romantis sepanjang zaman, bukan kisah romeo dn juliet ataupun Twilight yang membuat decak kagum bagi para pasangan muda-mudi. Yap kisah ini adalah tentang Ali bin Abi Thalib, pada saat ingin melamar Fathimah Az-Zahra. Bukan karena sedang galau atau apapun itu namanya, tapi yang pasti kisah ini patut kita ketahui bersama..

Kisah ini diambil dari buku Jalan Cinta Para Pejuang, Salim A.Fillah

chapter aslinya berjudul “Mencintai sejantan ‘Ali”

Begini ceritanya. .jeng, ,jeng



Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah.
Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya.
Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya.

Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta.
Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta.
Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.
Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya!
Maka gadis cilik itu bangkit.
Gagah ia berjalan menuju Ka’bah.
Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam.
Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali.
Mengagumkan!
‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta.

Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan.
Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi.
Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah.
Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.

”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali.
Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr.
Kedudukan di sisi Nabi?
Abu Bakr lebih utama,
mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali,
namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi.
Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah
sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya..
Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah.
Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab..
Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali.
Lihatlah berapa banyak budak muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud..
Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali?
Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insyaallah lebih bisa membahagiakan Fathimah.
’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin.

”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali.
”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”

Cinta tak pernah meminta untuk menanti.
Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan.
Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.

Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu.
Lamaran Abu Bakr ditolak.
Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri.
Ah, ujian itu rupanya belum berakhir.
Setelah Abu Bakr mundur,
datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa,
seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum muslimin berani tegak mengangkat muka,
seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh-musuh Allah bertekuk lutut.
’Umar ibn Al Khaththab.
Ya, Al Faruq,
sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah.
’Umar memang masuk Islam belakangan,
sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr.
Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya?
Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman?
Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin?
Dan lebih dari itu,
’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata,
”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..”
Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah.

Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya.
’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam.
Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam.
Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir.
Menanti dan bersembunyi.
’Umar telah berangkat sebelumnya.
Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah.
”Wahai Quraisy”, katanya.
”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah.
Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!”
’Umar adalah lelaki pemberani.
’Ali, sekali lagi sadar.
Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah.
Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak.
’Umar jauh lebih layak.
Dan ’Ali ridha.

Cinta tak pernah meminta untuk menanti.
Ia mengambil kesempatan.
Itulah keberanian.
Atau mempersilakan.
Yang ini pengorbanan.

Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak.
Lamaran ’Umar juga ditolak.
Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi?
Yang seperti ’Utsman sang miliarder kah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah?
Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’ kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah?
Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.
Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka.
Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka?
Sa’d ibn Mu’adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu?
Atau Sa’d ibn ’Ubadah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?

”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan.
”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi..”
”Aku?”, tanyanya tak yakin.
”Ya. Engkau wahai saudaraku!”
”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?”
”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”

’Ali pun menghadap Sang Nabi.
Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah.
Ya, menikahi.
Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya.
Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya.
Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap?
Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap?
Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.
”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan.
Pemuda yang siap bertanggungjawab atas rasa cintanya.
Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan-pilihannya.
Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya.

Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!”
Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi.
Dan ia pun bingung.
Apa maksudnya?
Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan.
Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab.
Mungkin tidak sekarang.
Tapi ia siap ditolak.
Itu resiko.
Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab.
Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan.
Ah, itu menyakitkan.

”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?”
”Entahlah..”
”Apa maksudmu?”
”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!”
”Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka,
”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua!
Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya!”

Dan ’Ali pun menikahi Fathimah.
Dengan menggadaikan baju besinya.
Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya.
Itu hutang.

Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah.
Dengan keberanian untuk menikah.
Sekarang.
Bukan janji-janji dan nanti-nanti.
’Ali adalah gentleman sejati.
Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel,
“Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!”

Inilah jalan cinta para pejuang.
Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggungjawab.
Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti.
Seperti ’Ali.
Ia mempersilakan.
Atau mengambil kesempatan.
Yang pertama adalah pengorbanan.
Yang kedua adalah keberanian.

Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada ‘Ali,

“Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda”

‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu”

Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu”

Jadi bisa kita lihat bersama bahwa ternyata memang dari dulu Fatimah sudah mempunyai perasaan dengan Ali dan menunggu Ali untuk melamarnya. Begitu juga dengan Ali, dari dulu dia juga sudah mempunyai perasaan dengan Fatimah,. Tapi mereka berdua sabar menyembunyikan perasaan itu sampai saat nya tiba, sampai saatnya ijab Kabul disahkan (ehm2). Wah..wah.. mereka hebat yaaa (harus kita contoh, teman-teman). Walaupun Ali sudah merasakan kekecewaan 3 kali keduluan orang lain, akhirnya kekecewaan itu terbayar juga. Dan oleh sebab itu untuk apalah kita terlalu cepat menungkapkan perasaan kita kepada seseorang yang kita cintai, kalau toh ungkapan perasaan kita itu tidak di finishing dengan sebuah ikatan resmi yang memang diridhai Allah, sebuah ikatan yang bisa menjamin bahwa pasangan kita itu bisa kita miliki sepenuhnya. Apalagi besok hari Valentine yang katanya hari kasih sayang yang dimana banyak dijadikan moment oleh para remaja untuk mengungkapkan perasaanya kepada seseorang, wah sungguh sangat malang sekali mereka menunggu setahun sekali untuk mengungkapkan perasaannya, belum-belum jikalau nanti ditolak (hiks2)...

And the last, ada sebuah ayat gacoan nih buat para jombloan yang pengen dapet pasangan yang oke..

 ”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).” (QS : An-nur 26)


Jadi, bukan harta yang banyaklah untuk menunjukin seberapa kaya kita, bukan juga puisi-puisi cinta untuk menunjukkan seberapa romantis kita, tapi cukuplah menjadi orang yang lebih baik lagi, bukan hanya untuk mendapatkan pasangan yang oke (karena itu hanyalah sebuah hadiah dari Allah atas kekonsitenan kita karena telah menjadi orang yang lebih baik) tapi supaya kita bisa senantiasa menjadi orng yang beruntung..

Akhir kata, pasti setelah membaca tulisan ini banyak comment dari teman2,ya apapun commentnya saya hanya ingin mengatakan mohon maaf yaa jika ada perkataan yang kurng berkenan dan terlihat sangat sok tahu dan sok menggurui atau bahkan kalau mengatakan saya munafik ataupun jaim, tapi tujuan saya adalah untuk menjadi lebih baik lagi bukan hanya untuk diri saya, tetapi juga teman-teman pembaca..


Sekian...
Alhamdulillah

13-02-2011
Muhammad Adib Ramadhani
Wassalamualaikum wr wb

Selasa, 01 Februari 2011

Sebuah lagu tentang ibu

     Sebuah lagu yang saya pikir sangat berhasil membuat saya terharu, karena jika teman-teman liat video
klipnya, teman-teman akan merasa bahwa apa yang ada di video klip tersebut tidak jauh berbeda dengan apa yang kita lakukan terhadap ibu kita.. Let's check this one out...





Hi Mother
Haikei genki ni shitemasuka?
Saikin renraku shinakute gomen
Boku wa nantoka yattemasu

Reff

Chiisana karada ni chiisana te
Shiraga mo majiri Marukunatte
Shikashi boku ni wa
Nani yori mo ookikute
Dare yori mo tsuyokute
Sasaete kureta kono ai
Dakara kodomo ni mo tsutaetai

Chikaku ni iru to iradatsu kuse ni
Tooku ni iru to sabishiku kanji
Anata wa sonna sonzai
Donna mondai mo
Mi wo kezutte kaiketsu suru Shosite
Boku no shitteru dare yori mo Ichi-ban gamandzuyoku TAFU desu
Itsumo massaki ni ki suru
Jibun janaku boku o karada de

Surji sentaku Souji ni ikuji
Amatta jikan sara ni shigoto shi
Ichi-ban hikui basho ni aru shika
Motomenakatto
Anata yo Atarimae sugi wakaranakatta
Hitori de kurashi hajimete wakatta Anata no sugosa
Taihensa
Sore wo omoeba
Kyou mo boku ganbareru sa

Reff

Chiisana karada ni chiisana te
Shiraga mo majiri
Marukunatte
Shikashi boku ni wa
Nani yori mo ookikute
Dare yori mo tsuyokute
Sasaete kureta kono ai
Dakara kodomo ni mo tsutaetai

Ashita asa shichi-ji ni okoshite to itte
Anata jikan doori ni okoshite kurete
Shikashi
Rifujin na boku wa Neboke nagara ni iu kotoba wa Urusee
Konna kurikaeshi no RUUTIN
Iyana kao hitotsu sezu ni Anata
Maichi okoshite kureta
Donna mezamashi yori atatakaku seikaku datta

Sore de mo aru hi
Gakkou wo ZURU yasumi
Ikitakunai to ii Futon kara ichido mo denu boku mae ni
Kao wo ryoute de ooikakushi
Oogoe agete naita
Boku mo kanashikute naita
Sono toki boku wa
Nante baka na koto wo shitan da to jibun semeta

Reff

Chiisana karada ni chiisana te
Shiraga mo majiri
Marukunatte
Shikashi boku ni wa
Nani yori mo ookikute
Dare yori mo tsuyokute
Sasaete kureta kono ai Kanshashitemasu
My Mother

Kodomo ni sakidattareru hodo
Tsurai koto nante
Kono yo ni nai no dakara
Tatta ichi-byou de mo
Anata yori nagaku ikiru koto
Kore dake wa mamoru Kore dake wa

Anata no kodomo de yokatta
Anata ga boku no haha de yokatta Itsu made mo kawaranai
Zutto zutto kawaranai Boku wa anata no ikiutsushi dakara

Reff

Chiisana karada ni chiisana te
Shiraga mo majiri
Marukunatte
Shikashi boku ni wa
Nani yori mo ookikute
Dare yori mo tsuyokute
Sasaete kureta kono ai
Dakara kodomo ni mo tsutaetai

Zutto boku no haha de ite
Zutto genki de ite Anata ni wa mada shigoto ga aru kara
Boku no oyakoukou shigoto ga







                                                                     English Version
Hi Mother, Dear Mother, how are you doing?
Sorry I haven’t called recently, I’m getting by okay…

*Your body is small and so are your hands
White hairs are mixed in and you’ve grown more genial
But to me you’re still bigger than anything, stronger than anyone
I want to tell my kids about this love that supported me

Even though I grow impatient when I’m near you
When you’re far away from me I grow lonely
That’s who you are to me, you can cut through any problem and solve it
And you have the most patience and toughness of anyone I know
You would always be concerned over my well-being before your own

Cooking, doing the laundry, cleaning, raising a child
You even worked during your free time
You would only require things from the lowest places
I didn’t understand even though it was so obvious
It wasn’t until I started living by myself that I understood
Whenever I think of how much you’ve accomplished
And how hard it must have been, I feel like I can try my best today

(Repeat*)

I’d say, “Wake me up at seven a.m.”
And you would wake me up right on time
But I would be unfair to you
And say the words “shut up” while I was still half-asleep
This was the daily routine
You never made one tired face
And woke me up every day
Warmer and more accurately than any alarm clock

But then one day I skipped school and said, “I don’t wanna go”
I wouldn’t leave my futon and you stood in front of me
Hid your face with both hands and cried loudly
I also felt sad and cried
At that time I blamed myself wondering, “How could I be so stupid?”

Your body is small and so are your hands
White hairs are mixed in and you’ve grown more genial
But to me you’re still bigger than anything, stronger than anyone
I give you thanks for this love that supported me, my mother

I know there’s nothing more painful in the world
Than a parent burying their child
So I’ll make sure it never happens
Even if I only live one second longer than you
I’ll make sure of it…

I’m glad I’m your child
I’m glad you’re my mother
And that won’t ever change
It won’t ever change for all time
Because I am the very image of you…

(Repeat*)

Be my mother forever
Be well forever
You still have one more job left to do
And that’s to accept your son’s love and respect for

Analogi sebuah kehidupan

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum wr wb

        Apa sih arti dari sebuah kehidupan itu? apakah hanya proses pemuas kebutuhan lahiriah dimana semua hal bebas kita lakukan, seperti pepatah orang kebanyakan hidup senang trus mati masuk surga? sesungguhnya tidak sesimple itulah makna dari sebuah kehidupan, memang banyak yg berkata kalau hidup harus dinikmati, apalagi ketika diumur remaja semua hal dicoba. pacaran, merokok, mabok-mabokan, foya-foya, hedon adalah hal-hal yang wajib dirasakan. Tapi yang menjadi pertanyaan sampai kapankah semua hal itu akan kita lakukan. Padahal seperti yang kita ketahui bersama kehidupan tidak lain hanya lah proses singkat untuk mempersiapkan diri kita menuju kehidupan yang kekal di akhirat kelak, lalu yang menjadi pertanyaan adalah surga atau nerakakah yang akan menjadi tempat kita di kehidupan yang kekal nanti? Jawabannya tergantung dari persiapan yang kita lakukan di dalam proses kehidupan yang singkat didunia.“Jadilah engkau di dunia ini bagaikan orang asing atau orang yang dalam perjalanan.
” Ibnu Umar berkata, “Jika engkau berada di waktu sore, maka jangalah mengharapkan akan hidup di waktu pagi. Dan jika kamu pada waktu pagi, maka janganlah menantikan waktu sore. Pergunakalah masa sehat itu untuk bekal masa sakit, dan masa hidup untuk bekal kematian.” (HR. Bukhari).
“Allah bertanya, ‘Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?’ Mereka menjawab, ‘Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.’ Allah berfirman, ‘Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui.’ Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (al-Mu’minuun: 112-115).
Dari ayat dan hadist diatas dapat kita simpulkan bahwa sangat singkatlah waktu yang kita miliki didunia dan suatu saat nanti kita akan dikembalikan kepada tuhan yang menciptakan kita Allah SWT.

   Bagi saya kehidupan layaknya sebuah pertandingan yang dimana didalam pertandingan tersebut pasti ada waktu permainan yang ditentukan, aturan yang harus kita patuhi, pemain yang bermain di pertandingan tersebut dan yang terpenting adalah pasti ada GOAL yang harus kita capai didalam pertandingan tersebut.
1. waktu permainan, kalau didalam sepak bola waktu permainan adalah 2 X 45 menit. Dengan waktu yang sesingkat itu kita harus sangat berhati-hati dan pastinya tidak boleh menyia-nyiakan waktu sedikit pun. Namun jika didalam sebuah kehidupan nyata kita tidak dapat mengetahui alokasi waktu yang diberikan untuk meciptakan Goal yang merupakan tujuan awal kita.

(Qs Al-Asr 1-3)
 1. Demi masa.
 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian
 3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran

2. Aturan yang harus kita patuhi, jika didalam sepak bola melakukan pelanggaran, pasti akan diberikan sanksi, baik sanksi yang bersifat ringan (peringatan), sanksi yang bersifat sedang (kartu kuning), ataupun sanksi yang bersifat berat (kartu merah). Semua aturan-aturan itu haruslah kita patuhi jika kita tidak ingin tujuan kita untuk mencapai GOAL terhambat ataupun tidak tercapai hanya karena kita melakukan pelanggaran, apalagi jika kita sampai mendapat kartu merah yang secara otomatis kita dikeluarkan secara tidak hormat didalam sebuah pertandingan. Begitu juga dengan kehidupan, bukankah Allah dan rasulNya sudah memberikan bukti yang nyata berupa Al-Quran dan Hadist sebagai pedoman hidup kita agar kita memperoleh keselamatan, didalamnya begitu banyak aturan-aturan yang sangat jelas untuk kita. Aturan-aturan yang harus kita patuhi, tetapi terkadang banyak sekali orang yang tidak memperdulikan aturan-aturan tersebut, padahal semua aturan-aturan itu diciptakan oleh Allah SWT untuk kita semua sebagai hambanya supaya bisa menjalani kehidupan dengan selamat baik didunia maupun diakhirat.
"Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir" (HR. Muslim). Tapi yang harus kita pahami disini adalah bukan berarti dunia itu hanya boleh dinikmati dan dikuasai oleh orang-orang kafir serta surga bagi mereka, sementara orang-orang beriman tidak perlu memiliki atau menguasai dunia ini layaknya orang-orang dalam penjara dan hidup dalam keadaan miskin. Pemahaman di atas perlu diuji kebenarannya dengan mengacu kepada Alquran yang menyebutkan "bahwa bagi orang-orang yang takut kepada zat Tuhannya mendapat dua surga" (dunia dan akhirat) (Ar rahman: 54). Jika dilihat sekelas mungkin teman-teman berfikir ada hal yang bertentangan antara Hadist dan Al-Quran tersebut. Nah solusinya adalah melihat riwayat lain yang menjelaskan maksud hadits di atas sehingga tidak terjadi paradoks antara keduanya. Sebenarnya hadits di atas berbicara tentang zuhud sebagaimana telah dicantumkan oleh Imam Muslim, an Nasa’i dan Ibnu Majah di dalam bab Zuhud dan perlu pemahaman yang benar tentang zuhud yang banyak diselewengkan oleh sebagian orang dan melirik kepada riwayat lain, untuk memahami hadits di atas, Abu Daud meriwayatkan dari Abi Zar Al Giffari dia berkata; Telah bersabda Rasul Saw Bukanlah orang zuhud di dunia ini, mengharamkan apa yang dihalalkan Allah dan menyia-nyiakan harta, tetapi orang-orang Zuhud adalah tidak terlalu berpegang teguh dengan apa yang ada di sisinya dan menyia-nyiakan atau tidak berharap apa yang ada di sisi Allah dan beranggapan bahwa pahala musibah lebih disenangi dari tidak mendapat musibah sama sekali (Hadis Riwayat Turmuzi, Hadits: 2340), Dari penjelasan diatas sangat jelas lah jika tidak ada kontrovensi antara Hadist dan Alquran.

3. Pemain yang bermain di dalam permainan tersebut, jika di ibaratkan kita sebagai pemain dan kehidupan kita sebagai sebuah pertandingan, kitalah yang memegang kuasa penuh atas pertandingan tersebut, baik atau tidaknya hasil pertandingan tersebut bergantung dari baik atau tidaknya kontribusi yang akan kita berikan selama kita bertanding. Oleh karena itu jika kita ingin menginginkan hasil yang terbaik dari pertandingan tersebut, maka jadilah seorang pemain yang baik yang menaati semua peraturan yang berlaku dan berikanlah kontribusi serta ciptakanlah peluang-peluang kebaikan yang menunjang terciptanya hasil yang terbaik dari pertandingan tersebut. Begitupula didalam kehidupan, kita sebagai manusia mempunyai tanggung jawab penuh atas seluruh perbuatan yang kita lakukan selama hidup kita didunia, dan baik atau tidak hasilnya ketika di akhirat bergantung terhadap seluruh amalan dan ibadah kita yang kita cipatakan didunia.
 “Barangsiapa yang Mengerjakan amal yang saleh maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Rabbmulah kamu dikembalikan.”
QS. al-Jatsiyah (45) : 15

Dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa kitalah yang memegang tanggung jawab penuh atas amal-amalan yg kita perbuat selama didunia, jika kita mengiginkan hasil yang terbaik maka banyak-banyalah dan berlomba-lomba lah didalam kebaikan (fastabiqul khairat), sehingga ketika kita meninggal nanti kita mempunyai alasan yang kuat supaya dimasukkan ke dalam syurganya Allah.

4. Yang terakhir adalah Goal yang harus kita capai selama hidup kita, yang tidak lain dan tidak bukan adalah mendapatkan ridhonya Allah dan masuk syurga, dan yang pastinya syurga itu bukanlah sesuatu yang sangat mudah dan murah harganya untuk didapatkan.
QS Al Baqarah :
214. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “
Begitu banyak cobaan-cobaan yang harus kita hadapai amalan-amalan yang kita sendiri tidak mengetahui seberapa minimumkah amalan yang harus kita lakukan supaya masuk syurga. Tapi kawanku kita tidak usah takut dan khawatir akan hal tersebut, Allah adalah Hakim yang seadil-adilnya. Allah akan menghitung sekecil atau sedikit apapun amalan yang kita lakukan begitu juga dengan dosa-dosa yang kita lakukan.
“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula” ( az-Zalzalah:7-8)
Oleh sebab itu kita harus berhati-hati terhadap semua tindakan-tindakan kita selama didunia, karena sekali lagi pada hakikatnya Manusia tinggal di dunia hanya untuk waktu yang singkat. Di sini, ia akan diuji, dilatih, kemudian meninggalkan dunia menuju kehidupan akhirat di mana ia akan tinggal selamanya. Harta benda serta kesenangan di dunia, walaupun diciptakan serupa dengan yang ada di akhirat, sebenarnya memiliki banyak kekurangan dan kelemahan karena harta benda dan kesenangan tersebut ditujukan hanya agar manusia mengingat hari akhirat. Sehingga sangat disayangkan jika kita dengan sangat mudah menukarkan kenikmatan didunia yang hanya sementara dengan kenikmatan syurga yang kekal.

Dan diakhir tulisan ini saya ingin mengajak teman-teman sekalian untuk bersama-sama menjadi seorang pemain yang mampu memberikan permainan yang baik untuk menjadikan pertandingan yang kita hadapi menghasilkan Goal yang kita harapkan, walaupun didalam pertandingan tersebut banyak tantangan dan cobaan yang telah disiapkan Allah SWT, karena pastinya Allah sudah mempersiapkan itu semua untuk melihat yang manakah hamba yang benar-benar beriman atau tidak.
QS Al Ankabuut :
2. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?
3. Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
4. Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput (dari azab) kami? Amatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu.
Yap mungin itu saja sedikit tulisan dari saya, mungkin terlihat sok menggurui, tapi sejujurnya tulisan ini saya buat sesuai dengan kondisi saya saat ini, sehingga tulisan ini bisa sekaligus menjadi muhasabah (pengingat) khususnya untuk saya pribadi dan teman-teman secara umumnya, akhir kata yuk menjadi orang yang baik dan lebih baik setiap harinya.

Sekian.....
Alhamdulillah..
Muhammad Adib Ramadhani
01-02-2011
Wassalamualaikum wr wb