Jumat, 24 Juni 2011

Mengapa Al-Qur'an berbahasa Arab? (sekilas Info)

Sesungguhnya Kami telah menjadikan Al-Quran dalam bahasa Arab, supaya kalian memahaminya (QS. Az Zukhruf:3)


"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui." (Q.S. Ar Ruum : 22).

"Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al Quran itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang." (Q.S. Maryam : 97)


Alasan yang sering kita dengar mengapa Al-Qur’an itu berbahasa Arab adalah Karena Nabi Muhammad adalah orang Arab yang menggunakan bahasa Arab dalam interaksi keseharianya, sehingga dalam menyampaikan wahyu tentu saja menggunakan bahasa Arab. Alasan ini tidak salah karena itu argumen paling mendasar ketika kita ditanya mengapa al-Qur’an itu berbahasa Arab. Alasan ini sesuai dengan pendapat  Ibnu Taimiyah yang mengatakan, “Taurat diturunkan dalam bahasa Ibrani saja. Dan Musa ‘alayhissalam tidak berbicara kecuali dengan bahasa itu. Begitu juga halnya dengan al-Masih: tidak berbicara tentang Taurat dan Injil serta perkara lain kecuali dengan bahasa Ibrani. Begitu juga dengan seluruh kitab. Ia tidak diturunkan kecuali dengan “satu bahasa” (bilisanin wahidin): dengan bahasa yang dengannya diturunkan kitab-kitab tersebut dan bahasa kaumnya yang diseru oleh para rasul”. Seluruh para Nabi, menyeru manusia lewat bahasa kaumnya yang mereka ketahui. Setelah itu, kitab-kitab dan perkataan para Nabi itu disampaikan: apakah diterjemahkan untuk mereka yang tidak tahu bahasa kitab tersebut, atau orang-orang belajar bahasa kitab tersebut sehingga mereka mengerti makna-maknanya. Atau, seorang utusan menjelaskan makna-makna apa yang dengannya ia diutus oleh Rasul dengan bahasanya…” (Lihat, Ibnu Taimiyah, al-Jawb al-Shahih liman Baddala Dina’l-Masih (Jawaban Yang Benar, Bagi Perubah Agama Kristus), (Cairo: Dar Ibnu al-Haytsam, 2003, jilid 1 (2 jilid), hlm. 188-189).
Alasan di atas belum cukup menggambarkan mengapa bahasa Arab yang menjadi bahasa pilihan kitab suci umat Islam, Mu’jizat dari Nabi Muhammad shalallahu ‘alayhi wassalam. Mengapa bahasa Arab menjadi istimewa sehingga dipilih menjadi bahasa Qur’an, di bawah ini sedikit tentang penjelasanya.

  1. Bahasa Arab adalah bahasa tertua, bahasa para Nabi, Bahasa Arab adalah salah satu bahasa Semitik Tengah, yang termasuk dalam rumpun bahasa Semitik dan berkerabat dengan bahasa Ibrani dan bahasa-bahasa Neo Arami. Bahasa Arab memiliki lebih banyak penutur daripada bahasa-bahasa lainnya dalam rumpun bahasa Semitik. Ia dituturkan oleh lebih dari 280 juta orang sebagai bahasa pertama, yang mana sebagian besar tinggal di Timur Tengah danAfrika Utara. sampai hari ini, bahasa yang berasal dari rumpun Semit yang masih bertahan sempurna adalah bahasa Arab. Bahkan Bible yang diklaim bahasa aslinya bahasa Ibrani telah musnah, sehingga tidak ada naskah asli dari Perjanjian Lama. Ada sebuah pendapat bahwa bahasa pra-pengasingan (pre-exilic language) yang digunakan oleh Yahudi adalah dialek Kanaan dan tidak dikenal sebagai Ibrani. Orang-orang Funisia (atau lebih tepatnya, orang-orang Kanaan) menemukan alfabet yang benar pertama kali ± 1500 S.M, berdasarkan huruf-huruf ketimbang gambar-gambar deskriptif. Semua alfabet yang berturut-turut seterusnya adalah utang budi pada, dan berasal dari, pencapaian Kanaan ini. (Prof. Dr. M.M. Al-A‘zamî, The History of The Qur’ânic Text from Revelation to Compilation (edisi Indonesia), terjemah: Sohirin Solihin, dkk., GIP, 2005, hlm. 259).
 2.  Bahasa arab bahasa yang paling banyak diserap,  serapan dari bahasa Arab nyaris terdapat di hampir semua bahasa asing lainnya yang ada di berbagai belahan bumi ini. Nyaris bahasa-bahasa yang kita kenal sekarang ini,     telah banyak menyerap kosa kata dan istilah dari bahasa Arab. Salah satunya adalah bahasa Inggris ‘earth’ ‘bumi’ dalam bahasa arab dilafalkan ‘ard’ dan tentunya bahasa Indonesia. Bahkan bahasa ilmiah di dunia sains pun tidak lepas dari pengaruh serapan kata dari bahasa Arab. Istilah alkohol, aljabar, algoritma dan lainnya adalah bagian dari serapan dari bahasa arab.
3. Bahasa arab adalah bahasa yang utuh dan terjaga, sebagian besar kita tahu bagaimana bahasa Arab itu dilafalkan dari tempat bunyinya (makharijul Huruf) tidak asal keluar begitu saja, sangat diperhatikan bagaimana tempat keluar bunyinya contoh yang mudah kata ‘Qul’ artinya ‘katakanlah’ berbeda dengan ‘kul’ artinya ‘makanlah’, huruf ‘Qa’ dengan huruf ‘Kaf’ memiliki tempat keluar yang sama yaitu pangkal lidah tetapi letak keluar yang berbeda. Ada lagi yang membuat bahasa Arab menjadi indah dan terjaga yaitu panjang pendek dalam pelafalan bahasa  Arab atau dalam ilmu tajwid disebut ‘mad’. Tempat keluar dan Panjang pendek pelafalan sangat mempengaruhi makna kata yang diucapkan dalam bahasa Arab. inilah beberapa hal yang membuat bahasa arab menjadi bahasa yang utuh dan terjaga, oleh karena itu wajar apabila Al-Qur’an berbahasa Arab karena bahasa Arab adalah bahasa yang terjaga.
Sesungguhnya  Kami-lah yang  menurunkan  Al  Qur’an,  dan sesungguhnya Kami benar-benar  memeliharanya. (Q.S. Al-Hijr : 9)

4. bahasa Arab dikenal memiliki banyak kelebihan: (1) Sejak zaman dahulu kala hingga sekarang bahasa Arab itu merupakan bahasa yang hidup, (2) Bahasa Arab adalah bahasa yang lengkap dan luas untuk menjelaskan tentang ketuhanan dan keakhiratan, (3) Bentuk-bentuk kata dalam bahasa Arab mempunyai tasrif (konjungsi), yang amat luas hingga dapat mencapai 3000 bentuk perubahan, yang demikian itu tak terdapat dalam bahasa l ain. (Lihat, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag, edisi revisi, Juli 1989, hlm. 375)

5. Kerana Islam itu satu risalah (misi) yang “universal” dan “kekal”, maka mukjizatnya harus retoris (bayaniyyah), linguistik (lisaniyyah) yang kekal. Dan Allah telah berjanji untuk memelihara Al-Qur’an. Allah menurunkan Al- Qur’an kepada Rasulullah SAW. dalam bahasa Arab yang nyata (bilisanin ‘Arabiyyin mubinin), agar menjadi: mukjizat yang kekal dan menjadi hidayah (sumber petunjuk) bagi seluruh manusia di setiap waktu (zaman) dan tempat (makan); untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya: dari kegelapan “syirik” kepada cahaya “tauhid”, dari kegelapan “kebodohan” kepada cahaya “pengetahuan”, dan dari kegelapan “kesesatan” kepada cahaya “hidayah”. Tiga poin itu berjalan terus atas izin Allah sampai dunia ini hancur, yakni Risalah (Islam), Rasul (Muhammad SAW) dan Kitab (Al-Qur’an). (Lihat, Prof. Dr. Thaha Musthafa Abu Karisyah, Dawr al-Azhar wa Jami‘atihi fi Khidmat al-Lughah al-‘Arabiyyah wa al-Turats al-Islamiy, dalam buku Nadwat al-Lughah al-‘Arabiyyah, bayna al-Waqi‘ wa al-Ma’mul, 2001, hlm. 42).


Inilah beberapa alasan yang mungkin mengapa bahasa Arab itu merupakan bahasa yang unggul di banding dengan bahasa-bahasa lain di bumi ini. Bahasa Arab sekrang telah diklasifikasikan sebagai satu makrobahasa dengan 27 sub-bahasa dalam ISO 639-3. Bahasa Arab Baku (kadang-kadang disebut Bahasa Arab Sastra) diajarkan secara luas di sekolah dan universitas, serta digunakan di tempat kerja, pemerintahan, dan media massa.
Bahasa Arab Baku (fusha) berasal dari Bahasa Arab Klasik, satu-satunya anggota rumpun bahasa Arab Utara Kuna yang saat ini masih digunakan, sebagaimana terlihat dalam inskripsi peninggalan Arab pra-Islam yang berasal dari abad ke-4 Bahasa Arab Klasik juga telah menjadi bahasa kesusasteraan dan bahasa peribadatan Islam sejak lebih kurang abad ke-6.

Wallahu’alam bishawab.

http://rumahquran.org/index.php/sahabat-quran/kami-berbagi/65-mengapa-al-quran-berbahasa-arab.html

Selasa, 21 Juni 2011

Ayo Perhatikan Opportunity Costnya

Bismillahirrahmanirrahim..

       Alhamdulillah, begitu banyak hikmah yang bisa kita ambil di setiap aktivitas dan kejadiaan yang menimpa kita setiap waktu, tidak terkecuali didalam teori suatu ilmu sekalipun. Ada hal yang menarik dalam pembahasan salah satu teori yang di sampaikan oleh dosen Mikro beberapa waktu yang lalu. Yap teori Opportunity Cost

     Secara konsep, yang dimaksud Opporunity Cost adalah biaya yang dikeluarkan ketika memilih suatu kegiatan. Berbeda dengan biaya sehari-hari, biaya peluang muncul dari kegiatan alternatif yang tidak bisa kita lakukan. Sebagai contoh, misalkan seseorang memiliki uang Rp.10.000.000. Dengan uang sebesar itu, ia memiliki kesempatan untuk bertamasya ke Bali atau membeli sebuah TV. Jika ia memilih untuk membeli TV, ia akan kehilangan kesempatan untuk menikmati keindahan Bali; begitu pula sebaliknya, apabila ia memilih untuk bertamasya ke Bali, ia akan kehilangan kesempatan untuk menonton TV. "Kesempatan yang hilang" itulah yang disebut sebagai biaya peluang.

    Lalu, hikmah apa yang bisa diambil? bukannya itu hanya sekedar teori yang ada di dalam ekonomi? Yap, mengutip dari perkataan dosen mikro saya. "Saya tidak habis pikir terhadap semua orang yang sering melakukan tindak pidana, apalagi kejahatan yang mereka lakukan itu tidak memberikan hasil yang sebanding dengan ganjaran yang akan mereka dapatkan. Contohnya seseorang yang mencuri helm motor, apalagi pelakunya itu seorang mahasiswa atau orang yang masih muda. Ketika dia tertangkap lalu di DO bahkan bisa dipenjara apakah dia tidak berfikir bahwa dia telah menukarkan masa depannya hanya dengan sebuah helm yang mungkin harganya tidak seberapa? akan sangat kelewatan lagi jika yang melakukan itu adalah orang yang telah menjadi mahasiswa ekonomi yang otomatis konsep seperti ini sudah sangat mereka pahami'. Hmmh oke, ternyata pernyataan dosen itu benar banget, lalu saya berfikir. Apakah konsep ini juga bisa dipakai ya oleh kita ketika kita melalaikan segala sesuatu yang diperintahkan Nya? Ketika kita ingin melakukan dosa, apakah kita sudah memikirkan opportunity costnya? apalagi jika kelalaian kita itu juga mengakibatkan kerugiaan kepada orang lain, contohnya mencuri tersebut. Ya mungkin kalau yang gak pernah mencuri sih gak bakal memikirkan masalah konsep seperti ini, tapi gimana dengan shalat? bukankah semua muslim baligh wajib mengerjakannya??

            Ya, saya akui terkadang TS nya pun masih suka lalai dalam menunaikan kewajiban, ya karena saya akui manusia memang tempatnya khilaf, tapi masih ada waktu berubah sebelum nyawa sampai ke kerongkongan. Karena Allah juga Maha penerima taubat bukan, dan pastinya taubat yang sungguh-sungguh lah yang akan diterima. Dan sesungguuhnya orang yang bijak bukanlah orang yang hanya mampu menyelesaikan masalah yang dia hadapi, tetapi orang yang bijak adalah orang yang mampu mengambil hikmah disetiap permasalahan yang dia hadapi.

Ayo-ayo semangat menuju kebaikan ! ! ! ! !

فَتَلَقَّىٰ آدَمُ مِن رَّبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ ۚ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya allah Maha Penerima taubat lagi maha penyayang (Qs 2:37)

Selasa, 14 Juni 2011

Hanya Satu Kesalahan dan Semua menjadi Berantakan

Bismillahirrahmanirrahim...

    Satu lagi pengalaman yang sangat berharga didalam hidup saya. Mungkin teman-teman pernah mengetahui pepatah yang berbunyi "akibat nilai setitik rusak susu sebelangga", well pepatah itu benar-benar terjadi di kehidupan saya kemarin. Sebuah kesalahan yang sungguh-sungguh menghancurkan semua rencana saya yang telah tersusun rapih sebelumnya.

    Begini ceritanya, pelajaran mikro merupakan pelajaran yang cukup sulit dibandingkan dengan pelajaran yang lain, dan membutuhkan kerja keras yang lebih untuk memahami pelajaran tersebut. Alhamdulillah mikro kali ini mendapat dosen yang cukup menyenangkan, walaupun banyak opini publik yang mengatakan kalau dosen mikro saya ini "killer dan pelit nilai". Seiring berjalannya waktu, minggu per minggu terlewati dan saatnya kuis pertama, ada 2 hal yang dikatakan dosen saya ini sebelum ujian, dan saya anggap 2 hal tersebut ada hal baik dan buruknya. Hal buruknya adalah beliau memang tidak akan toleran terhadap nilai, ya kalau nilai D yaudah D, tapi kalau nilai A yaudah A, dan hal ini saya anggap prinsip yang cukup wajar lah yang dimiliki oleh seorang dosen. Dan hal baiknya adalah beliau bilang, selama 1 smester ini kita akan menempuh sebanyak 5 kuis dan 1 UTS. Dan jika dari 4 kuis dan UTS itu mendapat nilai A maka kita di bebaskan untuk tidak mengikuti UAS danIP kita untuk mikro langsung A.

     Dan kuis pertama pun dimulai, bismillah dengan bekal seadanya dan mental yang belum siap pun saya mengerjakan soal tersebut. Seminggu kemudian  ujian tersebut dibagikan dan hasilnya cukup mengecewakan, saya hanya mendapat nilai 70 dan itu berarti kira-kira setara dengan B. Yah saya pikir sudahlah masih ada 4 kuis lagi yang bisa saya selamatkan. Berlanjut ke kuis ke 2, pada kuis kali ini saya cukup optimis mendapat nilai A. Dan alhamdulillah benar, hasilnya mendapat nilai 85, yang artinya setara dengan nilai A. Lalu kemudian kuis ke 3, rasa optimis saya benar-benar meningkat karena saya sudah punya modal nilai A ditangan. Tapi pas selesai ternyata ada jawaban yang salah karena tidak sesuai dengan teori di buku, dan itu benar-benar membuat mental saya hancur. Saya hanya bisa berdoa semoga ada keajaiban berdoa, kemudian seminggu kemudian hasil kuis ke 3 dibagikan dan hasilnya.... Subahanallah, AllahuAkbar, Alhamdulillah.. Kata-kata itu yang selalu saya ucapkan, sungguh sangat-sangat ajaib nilai saya mendapat nilai 96, dan ternyata teori yang dulu saya fikir salah ternyata tidak beda jauh dengan teori yang dibuku. Tinggal 3 ujian lagi yang saya lewati (UTS dan 2 Kuis) untuk bisa lolos UAS.

     Pertengahan semester pun tiba. Dosen mikro saya sudah memberikan ancang-ancang supaya kami belajar untuk mempersiapkan diri menghadapi UAS, dan menghimbau kepada mahasiswa yang sudah mendapat nilai bagus untuk dipertahankan. Ketika itu pun saya selalu mengucapkan kata-kata "Insya Allah bisa - Insya Allah bisa", belajar dan belajar pastinya tidak lupa berdoa juga saya lakukan. Dan waktu UTS pun tiba, alhamdulillah saya cukup lancar mengerjakannya , timbul perasaan lega setelah mengerjakannya dan berharap didalam hati "semoga Allah memberikan yang terbaik.. aamiin". Tidak membutuhkan waktu lama untuk mengetahui hasil UTS nya karena minggu selanjutnya hasilnya sudah dibagikan. Alhamdulillah segala puji bagi Allah nilai saya 100 (what a perfect score), sontak diri ini terdiam dan hati ini berbicara "ayo tinggal selangkah lagi, pasti bisa, bismillah..." Dan setelah itu pak dosen mikro berkata "Buat yang UTS nya bagus tinggal 2 kuis lagi, kalau bisa dapet nilai A bisa bebas UAS dan nilainya langsung A". Sip tinggal beberapa langkah lagi.

     Tapi entah kenapa di kuis ke 3 ini, bukannya malah gencar persiapan belajarnya malah menjadi kendur. Apa mungkin diri ini sempat menganggap remeh ujian yang akan dihadapi, jadilah saya belajar hanya sekedarnya bahkan malamnya sempet jalan ke Malang Tempo Doeloe (semacam jakarta fair). Kuis ke 4 pun tiba, sempat panik melihat soalnya karena cukup sulit ternyata. Yasudahlah saya hanya mengerjakan dengan hati gelisah dan alakadarnya. Dan tragedi itu pun terjadi, dosen mikro saya bilang "kalau kuis ada yang nyontek lagi besok, saya dismiis satu kelas ini satu semester". Hal ini terjadi karena Pak Dosen kedapatan melihat beberapa mahasiswa yang tidak sprotif dalam mengerjakan kuis. What the **** , apabae dah masa iya di dismiss gara-gara hal itu. Alhasil setelah kuis mood bener-bener rusak banget dah, tapi tetep berharap dan berdoa semoga hal itu memang cuma gertakan. Seminggu kemudian pelajaran mikro dimulai lagi, dan anehnya kuis ke 4 tidak dibagikan (kenapa nih??), dan pak dosen pun tidak berkata apa-apa, yasudahlah mungkin memang belum sempat diperiksa kuis ke 4 nya (mencoba husnudzan). Dan akhirnya seminggu kemudian kuis ke 4 pun dibagikan + kuis ke 5 terlaksana, setelah selesai kuis pak dosen pun memanggil nama saya dan memberikan ujiannya. Dan...... astagfirullahaldzim apadeh nih nilai 12/50 (what a bad score), bener-bener rusak, hancur tidak terbentuk dah semua usaha saya selama ini. Ibarat puzzle yang udah hampir jadi, malah berantakan. Awalnya saya fikir memang jawaban saya lah yang salah, tapi setelah saya pelajari ternyata bukan. Dan penyebabnya adalah Pak Dosen Mikro semacam memberikan sanksi dengan menganggap semua jawaban kami dikelas semua salah, hal ini diakibatkan perbuatan tidak sportif yang beberapa teman kami lakukan. Setelah itu mood bener-bener rusak parah, mental juara yang telah terbentuk sebelumnya luluh lantah akibat score kuis ke 4 yang tidak seharusnya rusak, apalagi ntar jam ke 3 ada kuis Makro, makin sip aja dah penderitaan hari ini

   Mungkin teman-teman beranggapan bahwa saya mengejar nilai di dalam mikro ini. Sebenarnya tidak, karena saya beranggapan, jika saya bisa lulus mikro tanpa UAS saya jadi lebih bisa mempersiapkan diri saya menghadapi UAS-UAS lain yang masih sangat-sangat tertinggal materinya. Tapi yasudah lah nasi sudah menjadi bubur, mau diapaiin lagi. Tapi kalau kata AA Gym, nasi yang sudah menjadi bubur tinggal ditambahin aja sama sayur-sayuran bawang gore dan ayam goreng, sehinggal yang tadinya hanya bubur kosong sekarang bisa menjadi bubur ayam :D . Dan artinya itu adalah kita tidak boleh menyerah kepada keadaan, karena seorang pemenang itu bukan dilihat dari seberapa berhasilnya kah dia dalam menghasilkan sesuatu tetapi seorang pemenang itu adalah orang yang mampu bangkit setiap kali dia mengalami kegagalan. Semoga bisa menjadi renungan dan bisa diambil hikmahnya.


Alhamdulillah

Jumat, 03 Juni 2011

ketika kebiasaan baik menjadi sesuatu yang asing

Bismillahirramanirrahim..

    Sudah sekitar hampir 1 tahun saya beraktivitas di kampus, baik itu aktivitas kuliah ataupun aktivitas organisasi yang lain. Ya memang pada awalnya sempat kebingunan juga mengatur jadwal, karena SMA dan kuliah mempunyai atmosfer yang sangat berbeda baik dari segi aktivitas belajar maupun aktivitas sosial. Tapi seiring berjalannya waktu kebingungan tersebut berubah menjadi keterbiasaan. Hari demi hari, bulan demi bulan saya lalui di kampus, ikut lembaga-lembaga kemahasiswaan baik organisasi maupun keilmuan. Bukan adib kalau gak maruk namanya, dalam smester ini saya langsung ikut ke 3 lembaga di kampus dan cukup sangat-sangat kelabakan mengatur jadwalnya, bukan hanya jadwal belajar, melainkan amalan-amalan baik yang biasa di lakukan pun mulai bolong-bolong. Dan saya fikir kejadiaan ini sempat juga dirasakan oleh teman-teman lain yang sangat aktiv di kampus.

     Kemudian keasingan  itu datang, entah kapan hal tersebut merasuki diri ini. Semua serba asing, ketika tilawah menjadi sebuah kebutuhan untuk menjernihkan hati dan pikiran ini, ketika shalat tahajud menjadi panggilan untuk dilakukan setiap malamnya dan kita kerjakan dengan khusyuk (boro-boro khusyuk, sekarang aja udah bolong-bolong) , ketika al-matsurat senantiasa menemani diri ini ketika pagi dan sore hari, ketika shalat dhuha menjadi sebuah kebutuhan untuk mengistirahatkan tubuh ini di tengah aktivitas sekolah, ketika murotal selalu menemani kita disela-sela aktvitas kita (sekarang mah doyannya pop, rock yang kayak di TV-TV itu -.-). Semua itu serba asing, tidak seperti dahulu ketika SMA yang dengan sangat mudah dan nikmat aktivitas-aktivitas tersebut dilakukan, apa sebenarnya penyebabnya? apa ketika SMA dahulu kita sibuk menjaga image sebagai anak ROHIS sehingga menjadi hal yang wajar untuk melakukan hal-hal tersebut, atau takut tidak lulus ujian akhir dan tes masuk PTN, sehingga setiap detiknya kita selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah supaya DIA memberikan kita kemudahan dalam menempuh ujian atau karena kita terlalu sibuk mengerjakan amanat-amanat yang banyak sampai-sampai kita keasyikan dan tidak meluangkan waktu sedikitpun untuk mengerjakannya? well saya fikir bukan itu alasanya. Setelah saya merenung cukup lama, saya bisa menyimpulkan bahwa keasingan itu bukanlah datang kepada kita, tetapi kita lah yang menciptakan keasingan tersebut. Kenapa? keasingan itu bisa muncul akibat frekeuensi aktivitas-aktivitas kebaikan itu sudah sangat jarang dilakukan, memang faktor lingkungan menjadi hal yang cukup mempengaruhi kita, tapi kunci utamanya adalah pada diri kita sendiri, seberapa mampukah kita memaksa diri kita untuk menstabilkan frekuensi aktivitas kebaikan kita. Tidak usah muluk-muluk mengejar target terlalu tinggi, cukup lakukanlah dengan konsisten.

"Amalan yang paling di cintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu walaupun sedikit." (HR Bukhori dan Muslim)

Laksanakan amalan semampu kalian, sesungguhnya Allah tidak bosan sampai kalian (sendiri) yang bosan dan sesungguhnya amalan yang paling di cintai Allah adalah amalan yang kontinu (berkesinambungan) walaupun sedikit." (HR Abu Daud)

     Dan ternyata bukan amalan kita yang bisa membawa kita kedalam syurgaNya, tapi kita bisa masu ke syurga karena rahmat dan kasih sayang Allah semata, begitu baiknya Allah sama kita... Insya Allah, beramal sedikit akan tetapi bisa terus menerus (kontinu) itu lebih baik dari pada beramal banyak akan tetapi tidak bisa kontinu. Seiring amalan kecil berjalan kita berusaha meningkatkan sedikit-sedikit kadar amalan sholeh kita sehingga kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik setiap waktunya.  Insya Allah