Minggu, 24 April 2011

sebuah pelajaran luar biasa dari seorang anak kecil

           Ada satu kejadiaan yang sungguh sangat menarik, yang entah kenapa, belakangan ini saya sungguh merasa malu, malu semalu-malunya sebagai seorang laki-laki dewasa. Hal ini dikarenakan ketika setiap minggu  pagi,  saya selalu bertemu dengan seorang anak kecil yang sedang menghafal al-quran dan hadist secara tekun yang dibimbing oleh orang tuanya. Awalnya saya menganggapnya biasa, tapi entah kenapa setiap saya mendengar anak tersebut tilawah seluruh badan saya bergetar, bulu kuduk saya juga ikut merinding dan hal ini tidak saya rasakan jika mendengar teman saya atau khususnya saya sendiri tilawah Al-Quran. Minggu per minggu pun saya lewati dan saya tetap tidak tahu hal apa yang menyebabkan saya merasakan hal yang saya pikir sungguh sangat mengherankan, saya berusaha mencari tahu rahasia apakah yang dimiliki anak tersebut sehingga bisa membuat saya merasakan hal yang sungguh luar biasa seperti ini. Dan akhirnya sekarang saya tahu rahasianya, yaitu terletak pada satu sifat yang bernama Ikhlas. Ada apa dengan ikhlas? kenapa begitu berpengaruh kah satu sifat ini? Lalu apa bedanya keikhlasan seorang anak kecil terhadap keikhlasan orang dewasa secara umumnya. Menurut yang saya temukan, keikhlasan seorang anak kecil merupakan keikhlasan yang murni muncul dari dalam lubuk hatinya, keikhlasan yang benar-benar belum ternodai oleh bubuk ambisi yang terkadang menyelip didalam hati, keikhlasan yang senantiasa melindungi hatinya supaya tidak mudah terkena penyakit hati. Dan hal itu lah yang menyebabkan kenapa kita selalu merasa bahagia jika melihat perilaku atau aktivitas seorang anak kecil, seperti ada kepuasan batin sendiri.

Lalu, apa bedanya dengan keikhlasan seorang anak dewasa? mungkin tidak bisa digeneralisirkan, tapi kira-kira begini, ketika seseorang itu dewasa pasti banyak sekali kemaksiatan-kemaksiatan yang dilakukan, baik itu maksiat kecil maupun maksiat lainnya, dan ketika maksiat itu dilakukan maka akan secara otomatis mengotori hati seseorang dan mengakibatkan penyakit hati pada orang tersebut (iri, dengki, dkk). Oleh sebab itu terkadang keikhlasan orang dewasa tidak semurni seperti keikhlasan anak kecil karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Lalu solusinya apa??? yaaa tiada lain dan tiada bukan perbanyak istigfhar dan muhasabah diri, apakah semua perbuatan kita ini sudah berdasarkan hanya karena Allah atau tidak, dan yang paling penting adalah mengurangi maksiat supaya hati kita tidak terkotori. Dan hal ini sebaiknya dilakukan sedini mungkin, kenapa? jika kita diri kita terbiasa melakukan maksiat baik itu disadari apa tidak, maka tunggu saja kematiaan terhadap hati kita. Lalu jika hati kita sudah mati, ya otomatis kita tidak akan bisa lagi membedakan mana yang baik dan buruk,  dan pepatah yang mengatakan bahwa "Dengarkanlah apa kata hatimu, karena hati tidak akan pernah bohong" sepertinya tidak ada lagi..


Berhati-hatilah dalam menjaga hati (qalbu). Karena pangkal dari baik/buruknya diri adalah hati. Rasulullah telah bersabda,
Hadits di dalam jasad terdapat mudhghah

“Ingatlah bahwa di dalam jasad terdapat sekerat daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh jasadnya. Dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati.” (H.R. Bukhari no.52 dan Muslim no.1599, Dikutip dari sebagian hadits no.6 Arba’in An-Nawawiyah).

Dan sekali lagi, yuk sama-sama menjaga kebersihan hati ini supaya kita bisa selalu dekat dengan diri Nya, dan bisa lebih mudah menjadi orang yang selalu lebih baik setiap harinya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar