Jumat, 03 Juni 2011

ketika kebiasaan baik menjadi sesuatu yang asing

Bismillahirramanirrahim..

    Sudah sekitar hampir 1 tahun saya beraktivitas di kampus, baik itu aktivitas kuliah ataupun aktivitas organisasi yang lain. Ya memang pada awalnya sempat kebingunan juga mengatur jadwal, karena SMA dan kuliah mempunyai atmosfer yang sangat berbeda baik dari segi aktivitas belajar maupun aktivitas sosial. Tapi seiring berjalannya waktu kebingungan tersebut berubah menjadi keterbiasaan. Hari demi hari, bulan demi bulan saya lalui di kampus, ikut lembaga-lembaga kemahasiswaan baik organisasi maupun keilmuan. Bukan adib kalau gak maruk namanya, dalam smester ini saya langsung ikut ke 3 lembaga di kampus dan cukup sangat-sangat kelabakan mengatur jadwalnya, bukan hanya jadwal belajar, melainkan amalan-amalan baik yang biasa di lakukan pun mulai bolong-bolong. Dan saya fikir kejadiaan ini sempat juga dirasakan oleh teman-teman lain yang sangat aktiv di kampus.

     Kemudian keasingan  itu datang, entah kapan hal tersebut merasuki diri ini. Semua serba asing, ketika tilawah menjadi sebuah kebutuhan untuk menjernihkan hati dan pikiran ini, ketika shalat tahajud menjadi panggilan untuk dilakukan setiap malamnya dan kita kerjakan dengan khusyuk (boro-boro khusyuk, sekarang aja udah bolong-bolong) , ketika al-matsurat senantiasa menemani diri ini ketika pagi dan sore hari, ketika shalat dhuha menjadi sebuah kebutuhan untuk mengistirahatkan tubuh ini di tengah aktivitas sekolah, ketika murotal selalu menemani kita disela-sela aktvitas kita (sekarang mah doyannya pop, rock yang kayak di TV-TV itu -.-). Semua itu serba asing, tidak seperti dahulu ketika SMA yang dengan sangat mudah dan nikmat aktivitas-aktivitas tersebut dilakukan, apa sebenarnya penyebabnya? apa ketika SMA dahulu kita sibuk menjaga image sebagai anak ROHIS sehingga menjadi hal yang wajar untuk melakukan hal-hal tersebut, atau takut tidak lulus ujian akhir dan tes masuk PTN, sehingga setiap detiknya kita selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah supaya DIA memberikan kita kemudahan dalam menempuh ujian atau karena kita terlalu sibuk mengerjakan amanat-amanat yang banyak sampai-sampai kita keasyikan dan tidak meluangkan waktu sedikitpun untuk mengerjakannya? well saya fikir bukan itu alasanya. Setelah saya merenung cukup lama, saya bisa menyimpulkan bahwa keasingan itu bukanlah datang kepada kita, tetapi kita lah yang menciptakan keasingan tersebut. Kenapa? keasingan itu bisa muncul akibat frekeuensi aktivitas-aktivitas kebaikan itu sudah sangat jarang dilakukan, memang faktor lingkungan menjadi hal yang cukup mempengaruhi kita, tapi kunci utamanya adalah pada diri kita sendiri, seberapa mampukah kita memaksa diri kita untuk menstabilkan frekuensi aktivitas kebaikan kita. Tidak usah muluk-muluk mengejar target terlalu tinggi, cukup lakukanlah dengan konsisten.

"Amalan yang paling di cintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu walaupun sedikit." (HR Bukhori dan Muslim)

Laksanakan amalan semampu kalian, sesungguhnya Allah tidak bosan sampai kalian (sendiri) yang bosan dan sesungguhnya amalan yang paling di cintai Allah adalah amalan yang kontinu (berkesinambungan) walaupun sedikit." (HR Abu Daud)

     Dan ternyata bukan amalan kita yang bisa membawa kita kedalam syurgaNya, tapi kita bisa masu ke syurga karena rahmat dan kasih sayang Allah semata, begitu baiknya Allah sama kita... Insya Allah, beramal sedikit akan tetapi bisa terus menerus (kontinu) itu lebih baik dari pada beramal banyak akan tetapi tidak bisa kontinu. Seiring amalan kecil berjalan kita berusaha meningkatkan sedikit-sedikit kadar amalan sholeh kita sehingga kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik setiap waktunya.  Insya Allah



5 komentar:

  1. nice, penulisannya dah bagus karna dipisah jadi beberapa paragraf, content juga sangat menarik dan mak jlebb :D

    BalasHapus
  2. hahahaha.. jzkllah ya bang...
    mohon saran2 di tulisan ane berikutnya.. hahaha

    BalasHapus