Selasa, 14 Juni 2011

Hanya Satu Kesalahan dan Semua menjadi Berantakan

Bismillahirrahmanirrahim...

    Satu lagi pengalaman yang sangat berharga didalam hidup saya. Mungkin teman-teman pernah mengetahui pepatah yang berbunyi "akibat nilai setitik rusak susu sebelangga", well pepatah itu benar-benar terjadi di kehidupan saya kemarin. Sebuah kesalahan yang sungguh-sungguh menghancurkan semua rencana saya yang telah tersusun rapih sebelumnya.

    Begini ceritanya, pelajaran mikro merupakan pelajaran yang cukup sulit dibandingkan dengan pelajaran yang lain, dan membutuhkan kerja keras yang lebih untuk memahami pelajaran tersebut. Alhamdulillah mikro kali ini mendapat dosen yang cukup menyenangkan, walaupun banyak opini publik yang mengatakan kalau dosen mikro saya ini "killer dan pelit nilai". Seiring berjalannya waktu, minggu per minggu terlewati dan saatnya kuis pertama, ada 2 hal yang dikatakan dosen saya ini sebelum ujian, dan saya anggap 2 hal tersebut ada hal baik dan buruknya. Hal buruknya adalah beliau memang tidak akan toleran terhadap nilai, ya kalau nilai D yaudah D, tapi kalau nilai A yaudah A, dan hal ini saya anggap prinsip yang cukup wajar lah yang dimiliki oleh seorang dosen. Dan hal baiknya adalah beliau bilang, selama 1 smester ini kita akan menempuh sebanyak 5 kuis dan 1 UTS. Dan jika dari 4 kuis dan UTS itu mendapat nilai A maka kita di bebaskan untuk tidak mengikuti UAS danIP kita untuk mikro langsung A.

     Dan kuis pertama pun dimulai, bismillah dengan bekal seadanya dan mental yang belum siap pun saya mengerjakan soal tersebut. Seminggu kemudian  ujian tersebut dibagikan dan hasilnya cukup mengecewakan, saya hanya mendapat nilai 70 dan itu berarti kira-kira setara dengan B. Yah saya pikir sudahlah masih ada 4 kuis lagi yang bisa saya selamatkan. Berlanjut ke kuis ke 2, pada kuis kali ini saya cukup optimis mendapat nilai A. Dan alhamdulillah benar, hasilnya mendapat nilai 85, yang artinya setara dengan nilai A. Lalu kemudian kuis ke 3, rasa optimis saya benar-benar meningkat karena saya sudah punya modal nilai A ditangan. Tapi pas selesai ternyata ada jawaban yang salah karena tidak sesuai dengan teori di buku, dan itu benar-benar membuat mental saya hancur. Saya hanya bisa berdoa semoga ada keajaiban berdoa, kemudian seminggu kemudian hasil kuis ke 3 dibagikan dan hasilnya.... Subahanallah, AllahuAkbar, Alhamdulillah.. Kata-kata itu yang selalu saya ucapkan, sungguh sangat-sangat ajaib nilai saya mendapat nilai 96, dan ternyata teori yang dulu saya fikir salah ternyata tidak beda jauh dengan teori yang dibuku. Tinggal 3 ujian lagi yang saya lewati (UTS dan 2 Kuis) untuk bisa lolos UAS.

     Pertengahan semester pun tiba. Dosen mikro saya sudah memberikan ancang-ancang supaya kami belajar untuk mempersiapkan diri menghadapi UAS, dan menghimbau kepada mahasiswa yang sudah mendapat nilai bagus untuk dipertahankan. Ketika itu pun saya selalu mengucapkan kata-kata "Insya Allah bisa - Insya Allah bisa", belajar dan belajar pastinya tidak lupa berdoa juga saya lakukan. Dan waktu UTS pun tiba, alhamdulillah saya cukup lancar mengerjakannya , timbul perasaan lega setelah mengerjakannya dan berharap didalam hati "semoga Allah memberikan yang terbaik.. aamiin". Tidak membutuhkan waktu lama untuk mengetahui hasil UTS nya karena minggu selanjutnya hasilnya sudah dibagikan. Alhamdulillah segala puji bagi Allah nilai saya 100 (what a perfect score), sontak diri ini terdiam dan hati ini berbicara "ayo tinggal selangkah lagi, pasti bisa, bismillah..." Dan setelah itu pak dosen mikro berkata "Buat yang UTS nya bagus tinggal 2 kuis lagi, kalau bisa dapet nilai A bisa bebas UAS dan nilainya langsung A". Sip tinggal beberapa langkah lagi.

     Tapi entah kenapa di kuis ke 3 ini, bukannya malah gencar persiapan belajarnya malah menjadi kendur. Apa mungkin diri ini sempat menganggap remeh ujian yang akan dihadapi, jadilah saya belajar hanya sekedarnya bahkan malamnya sempet jalan ke Malang Tempo Doeloe (semacam jakarta fair). Kuis ke 4 pun tiba, sempat panik melihat soalnya karena cukup sulit ternyata. Yasudahlah saya hanya mengerjakan dengan hati gelisah dan alakadarnya. Dan tragedi itu pun terjadi, dosen mikro saya bilang "kalau kuis ada yang nyontek lagi besok, saya dismiis satu kelas ini satu semester". Hal ini terjadi karena Pak Dosen kedapatan melihat beberapa mahasiswa yang tidak sprotif dalam mengerjakan kuis. What the **** , apabae dah masa iya di dismiss gara-gara hal itu. Alhasil setelah kuis mood bener-bener rusak banget dah, tapi tetep berharap dan berdoa semoga hal itu memang cuma gertakan. Seminggu kemudian pelajaran mikro dimulai lagi, dan anehnya kuis ke 4 tidak dibagikan (kenapa nih??), dan pak dosen pun tidak berkata apa-apa, yasudahlah mungkin memang belum sempat diperiksa kuis ke 4 nya (mencoba husnudzan). Dan akhirnya seminggu kemudian kuis ke 4 pun dibagikan + kuis ke 5 terlaksana, setelah selesai kuis pak dosen pun memanggil nama saya dan memberikan ujiannya. Dan...... astagfirullahaldzim apadeh nih nilai 12/50 (what a bad score), bener-bener rusak, hancur tidak terbentuk dah semua usaha saya selama ini. Ibarat puzzle yang udah hampir jadi, malah berantakan. Awalnya saya fikir memang jawaban saya lah yang salah, tapi setelah saya pelajari ternyata bukan. Dan penyebabnya adalah Pak Dosen Mikro semacam memberikan sanksi dengan menganggap semua jawaban kami dikelas semua salah, hal ini diakibatkan perbuatan tidak sportif yang beberapa teman kami lakukan. Setelah itu mood bener-bener rusak parah, mental juara yang telah terbentuk sebelumnya luluh lantah akibat score kuis ke 4 yang tidak seharusnya rusak, apalagi ntar jam ke 3 ada kuis Makro, makin sip aja dah penderitaan hari ini

   Mungkin teman-teman beranggapan bahwa saya mengejar nilai di dalam mikro ini. Sebenarnya tidak, karena saya beranggapan, jika saya bisa lulus mikro tanpa UAS saya jadi lebih bisa mempersiapkan diri saya menghadapi UAS-UAS lain yang masih sangat-sangat tertinggal materinya. Tapi yasudah lah nasi sudah menjadi bubur, mau diapaiin lagi. Tapi kalau kata AA Gym, nasi yang sudah menjadi bubur tinggal ditambahin aja sama sayur-sayuran bawang gore dan ayam goreng, sehinggal yang tadinya hanya bubur kosong sekarang bisa menjadi bubur ayam :D . Dan artinya itu adalah kita tidak boleh menyerah kepada keadaan, karena seorang pemenang itu bukan dilihat dari seberapa berhasilnya kah dia dalam menghasilkan sesuatu tetapi seorang pemenang itu adalah orang yang mampu bangkit setiap kali dia mengalami kegagalan. Semoga bisa menjadi renungan dan bisa diambil hikmahnya.


Alhamdulillah

4 komentar:

  1. wah, ada penulisan kata yang cukup fatal dan bisa ngerubah makna (suuzon, sportif, mungkin harusnya tidak sportif), hehe

    setiap kejadian pasti ada hikmahnya, every cloud have a silver lining, cari bright side-nya aja :D

    BalasHapus
  2. oalaj, hahaha afwan bang, ane ngetiknya sambil ngantuk2 soalnya...

    hahah thanks ya bang...

    BalasHapus
  3. cup cup cup..

    jadi inget waktu dulu ane ga lulus 1 makul dari 2 makul paling ajaib sejagat arsitektur ui. dunia langsung terlihat begitu gelap, makan ga enak, tidur ga nyenyak, mandi ga bersih, dan kayanya hanya bakal lulus bertahun2 lagi (emg waktu itu masih semester 3 sih :D).

    BalasHapus
  4. wah kalau ane belum fix gak lulus bang, Insya Allah harapan itu masih ada.. :D

    BalasHapus